Contoh-Contoh Studi Islam Dengan
Pendekatan Psikologi Agama
Pendekatan psikologi agama dapat di lihat contohnya dalam studi Islam.
Adapun contoh psikologi agama yang digunakan dalam kajian Islam dan umat Islam
dapat dilihat dalam ritual manusia dalam agama yang diyakininya. diantaranya,
tentang perasaan seorang ahli tasawuf terhadap Allah, yang mana dia merasa
Allah selalu hadir dalam hatinya dan dia juga selalu membiasakan lisannya untuk
berzikir kepada Allah yang dilakukannya secara terus menerus dan secara sadar
maka akan melekatlah di dalam hatinya dan akan menimbulkan ketentraman jiwa.
Seorang muslim yang hatinya selalu merasa tenang, bahagia, suka menolong
orang lain, walaupun kehidupannya sangat sederhana. Tengah malam ia bangun
untuk mengabdi pada Allah dan waktu subuh sebelum semua orang terbangun, dia
telah duduk pula di tikar sholatnya, sebaliknya ada orang muslim yang cukup
kaya dan banyak hartanya, namun hatinya penuh kegoncangan, tidak pernah merasa
puas, di rumah tangganya selalu bertengkar. Hal ini jelas menunjukkan seberapa
besar pengaruh agama dalam kehidupannya.
Begitu juga yang dapat dirasakan oleh orang biasa, seperti perasaan lega,
tenang, sehabis shalat dan setelah selesai membaca al-Qur’an dan berdoa. Dan
sikap seorang muslim ketika memasuki mesjid akan menunjukkan sikap hormat, dari
pada orang yang menganut keyakinan lain. Sikap demikian juga akan dijumpai pada
penganut agama lain saat memasuki rumah ibadahnya masing-masing. Bagi setiap
penganut agama, rumah ibadah memberi pengalaman batin tersendiri yang
menimbulkan reaksi terhadap tingkah laku masing-masing sesuai dengan keyakinan
mereka. Seorang muslim mengucapkan salam ketika berjumpa dengan muslim lainnya,
hormat kepada orang tua, menutup aurat, rela berkorban untuk kebenaran dan
sebagainya adalah merupakan gejala-gejala keagamaan yang dapat dijelaskan
dengan pendekatan psikologi agama.
Berapa banyak orang muslim yang berubah jalan hidupnya dan keyakinannya
dalam waktu yang singkat, seperti dari seorang yang taat beribadah berubah
menjadi orang yang lalai dan menentang agama, dari yang beragama Islam menjadi
non Islam. Seorang muslim yang keluar dari Islam (murtad), banyak faktor yang
mempengaruhinya. Untuk mengetahui faktor-faktor tersebut maka jawabannya dapat
dilihat dari pendekatan psikologi. Adapun yang ingin di jawab pendekatan
psikologi adalah faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan seorang murtad,
karena menurut psikologi agama ada dua faktor yang menyebabkan seorang murtad,
yaitu faktor Intern (dalam diri) dan faktor Ekstren (faktor luar diri).
Faktor Intern (dalam
diri) yang bisa mempengaruhi seseorang murtad adalah
dari kepribadiannya. Secara psikologi tipe kepribadian tertentu akan
mempengaruhi jiwa seseorang. Dalam penelitian William James, ia menemukan bahwa
tipe melankolis memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam yang dapat
menyebabkan terjadinya konversi agama/ pindah agama dalam dirinya. Kemudian
faktor pembawaan, menurut penelitian Guy E. Swanson bahwa ada semacam
kecendrungan urutan kelahiran mempengaruhi konversi agama. Anak sulung dan anak
yang bungsu biasanya tidak mengalami tekanan batin, sedangkan anak yang
dilahirkan pada urutan antara keduanya sering mengalami stress jiwa. Kondisi
yang dibawa berdasarkan urutan kelahiran itu banyak mempengaruhi terjadinya
seorang murtad.
Adapun faktor Ekstren
adalah pertama, faktor keluarga, keretakan keluarga,
berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang mendapatkan pengakuan kaum
kerabat dan lainnya, sehingga kondisi ini menyebabkan seorang stress dan untuk
meredakan stress atau tekanan batinnya dia melakukan konversi agama. Kedua,
faktor lingkungan tempat tinggal yang mana jika seseorang merasa terlempar atau
tersingkir dari kehidupan di suatu tempat maka dia akan mencari tempat untuk
bergantung hingga kegelisahannya hilang. Ketiga, faktor perubahan status yang
mana jika perubahan status ini terjadi secara mendadak akan banyak mempengaruhi
konversi agama, misalnya perceraian, kawin dengan orang yang berlainan agama,
ke luar dari sekolah. Keempat, faktor kemiskinan, kondisi sosial yang sulit
juga merupakan faktor yang mendorong untuk konversi agama. Masyarakat awam yang
miskin cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan kehidupan dunia yang
lebih baik. Kebutuhan mendesak akan sandang dan pangan dapat mempengaruhi.
Dari hal di atas, dapat disimpulkan bahwa tekanan batin atau stress dapat
mendorong seseorang untuk melakukan konversi agama. Dalam kondisi jiwa yang
tertekan, maka secara psikologis kehidupan seseorang itu kosong dan tak berdaya
sehingga dia berusaha untuk mencari ketenangan batin, salah satu caranya dengan
konversi agama.
0 komentar:
Posting Komentar